- Bisnis dan Keuangan
Rabu, 06 Sep 2023 16:14 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Dua produsen ponsel ternama, Samsung dan Oppo terus bersaing ketat menguasai pangsa pasar ponsel pintar di Indonesia.
Menurut laporan Firma riset industri International Data Corporation (IDC), berdasarkan pengiriman kuartal II tahun 2023, Samsung menjadi merek nomor satu di Indonesia dengan pangsa pasar 20,8 persen dan pengiriman 1,9 juta unit.
Ponsel asal korea itu dikeroyok dua pabrikan ponsel China, yaitu Oppo dan Vivo. Oppo saat ini berada di nomor dua penguasa pasar ponsel di Tanah Air dengan jumlah pengiriman 1,6 juta unit dengan pangsa pasar 17,6 persen.
Peringkat tiga ditempati merek vivo, dengan pangsa pasar 16,5 persen dan pengiriman 1,5 juta unit.
Xiaomi berada di peringkat keempat lantaran mengirimkan 1,3 juta smartphone ke Indonesia. Volumenya turun 11,8% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 1,5 juta unit.
Ada pula pengiriman smartphone Transsion yang sebanyak 1,2 juta unit pada April-Juni 2023. Merek lansiran China itu menjadi satu-satunya smartphone dengan kenaikan pengiriman sebesar 12,3% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 1,1 juta unit.
Total pengiriman ponsel pintar ke Indonesia pada kuartal II 2023 ini mencapai 8,9 juta unit.
IDC juga melaporkan, 4G masih menguasai pangsa pasar di Indonesia. Sedangkan untuk 5G jumlahnya justu menurun.
“Pangsa pasar ponsel 5G masih kecil dibandingkan ponsel 4G. Meskipun harga ponsel 5G semakin terjangkau, ponsel 4G seringkali menawarkan spesifikasi yang jauh lebih baik dengan harga yang mirip,” kata analis IDC Indonesia Vanessa Aurelia dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, (6/9/2023).
Sementara pangsa ponsel 4G naik, ponsel 5G menurun 4,3 persen year-over-year untuk pertama kalinya sejak kehadiran ponsel 5G di Indonesia pada 2020.
Vanessa menilai adopsi 5G di Indonesia lambat karena mengalami tantangan baik dari sisi permintaan maupun persediaan. Hingga sekarang, jaringan 5G masih terbatas untuk titik-titik tertentu.
“Konektivitas 5G masih terbatas untuk arena tertentu sehingga fitur 5G belum cukup untuk memikat konsumen potensial yang baru,” kata Vanessa.
Adopsi 5G yang masih rendah, menurut IDC, juga membuat operator telekomunikasi berhati-hati dalam investasi untuk teknologi tersebut, antara lain disebabkan oleh biaya dan tingkat keuntungan.
Posted in Bisnis dan Keuangan