- Megapolitan
Jumat, 01 Sep 2023 15:48 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Moda transportasi LRT Jabodebek telah beroperasi sejak 28 Agustus lalu. Dalam tempo beberapa hari, transportasi ini cukup diminati oleh warga Jakarta. Terbukti, dalam dua hari operasionalnya, LRT telah mengangkut hingga 28 ribu penumpang. Hal ini diyakini akan terus bertambah seiring waktu.
Namun ada sejumlah hal yang perlu diperbaiki segera dalam layanan LRT untuk memudahkan penumpang menggunakan moda trasnportasi ini. Di antara yang perlu segera diperbaiki adalah soal pembelian tiket.
Seperti KRL Jabotabek, LRT menggunakan metode cashless dimana penumpang membeli tiket dalam bentuk kartu. Kartu itu kemudian di tap di pintu masuk dan pintu keluar.
Menurut laman resmi manajemen LRT, LRT memberlakukan uang elektronik (e-money) dalam transaksinya. E money yang berlaku adalah E-money (Ban Mandiri), Flazz (BCA), Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), dan Jakcard (Bank DKI). Selain itu dompet elektronik seperti dana dan link aja juga dapat dipergunakan. Penumpang juga bisa menggunakan kartu multitrip yang biasa digunakan untuk naik KRL.
Tidak hanya itu, pihak manajemen LRT juga menjual kartu Single Journey Trip (SJT) untuk satu kali perjalanan. Harga kartu ini sesuai keterangan laman resmi LRT adalah Rp 20.000 berisi saldo Rp 5.00 dan jaminan atau deposit Rp 15.000 yang dapat dikembalikan atau ditukar kembali dengan uang di stasiun tujuan.
Namun nyatanya, hingga empat hari operasional, kartu SJT ini belum tersedia. Sehingga penumpang memakai cara lain, yaitu memakai dompet elektronik dengan sistem barcode, menggunakan kartu e-money, atau menggunakan kartu multitrip KRL.
Persoalannya ketika penumpang tidak memiliki ketiganya, maka terpaksa harus membeli kartu elektronik dari salah satu bank. Hari itu, Vibrasi menjajal LRT dari Stasiun Jati Mulya, Bekasi.
“Mohon maaf bapak saat ini belum tersedia layanan top up kartu multitrip KRL dan kartu Single Journey Trip, kami saat ini menyediakan kartu Tap Cash seharga Rp 30.000 belum termasuk saldo,” ujar petugas loket kepada Vibrasi di depan loket pembelian.
Akhirnya Vibrasi terpaksa membeli kartu Tap Cash seharga Rp 30.000 hanya kartu saja tanpa saldo.
Sebetulnya bisa pakai kartu multitrip KRL, namun saat itu kurang saldo sehingga harus ditop-up dulu. Sayangnya di Stasiun Jati Mulya belum tersedia pengisian top up kartu multi trip, maka terpaksa beli kartu Tap Cash seharga Rp 30.000.
Selanjutnya, kartu itu harus di top up minimal Rp 10.000. Jadi total keluar kocek Rp 40.000. Nah saat top up Rp 10.000 pun, ternyata masih ada biaya admin Rp 1.500, sehingga saldo yang tertera di kartu tap cash hanya Rp 8.500.
‘Ribetnya’ pembelian tiket LRT ini terbukti membuat penumpang agak bingung, sehingga mereka bergerombol di depan loket untuk bertanya kepada petugas. Karenanya manajemen LRT sebaiknya segera membuka layanan pengisian top-up multitrip KRL dan juga menjual kartu SJT seperti yang disebutkan dalam laman resmi LRT.
Dari pantauan Vibrasi, penumpang pekerja atau karyawan kantoran memang tidak begitu bersamalah dengan hal ini, lantaran banyak dari mereka yang sudah terbiasa atau memiliki e-money. Sedangkan penumpang umum tidak banyak yang memiliki uang elektronik.
Maka membuka pengisian top-up KRL sekaligus menjual kartu SJT di stasiun-stasiun LRT merupakan langkah yang harus segera dilakukan manajemen LRT untuk memudahkan penumpang.
Kebingungan di Stasiun Sudirman
Setelah tap out di Stasiun Dukuh atas, Vibrasi bermaksud keluar melalui stasiun KRL Sudirman. Untuk diketahui, Stasiun Dukuh Atas merupakan stasiun akhir LRT dan sudah terkoneksi dengan stasiun KRL Sudirman. Antara dua stasiun tersebut terhubung dengan JPM (Jembatan Penyeberangan Multiguna).
Di JPM yang panjangnya sekira 150 meter tersebut penumpang dapat menikmati aneka hidangan yang dijual oleh tenant-tenant. Banyak makanan yang tersedia, mulai dari jajanan ala pasar, warung kopi, hingga tempat sekelas foodcourt yang menjual aneka makanan.
Setelah menyusuri JPM dan berofoto ria, Vibrasi tiba di pintu masuk Stasiun KRL Sudirman yang memang tersambung dengan pintu keluar Stasiun LRT Dukuh Atas.
Namun disini penumpang ternyata harus kembali tap in masuk ke dalam Stasiun KRL Sudirman, meskipun penumpang tidak hendak menggunakan KRL.
Lagi-lagi terpantau ada sejumlah penumpang berkerumun kebingungan di depan pintu masuk Stasiun KRL Sudirman. Untung petugas KRL yang berada di sana sabar menjelaskan.
Salah satu penumpang, Weni Afyanti (42) mengatakan, dirinya sempat bingung dengan sistem di pintu keluar LRT Dukuh Atas yang tersambung dengan pintu masuk Stasiun KRL Sudirman.
“Saya disuruh tap-in lagi di pintu masuk KRL Sudirman, padahal saya cuma ingin keluar, tidak ingin pakai KRL di Stasiun Sudirman ini,” katanya.
Dijelaskan petugas, bahwa pintu keluar ada di dalam Stasiun KRL Sudirman, jadi memang harus masuk stasiun dulu barulah bisa keluar. “Untuk tap-in ini hanya dikenakan biaya Rp 1 saja pak,” kata petugas KAI yang enggan namanya dikutip.
Repotnya untuk tap-in pun harus ada saldo minimal Rp 5.000. Jadi meskipun penumpang tidak ingin menggunakan KRL, tetap harus isi saldo agar bisa keluar dari Stasiun LRT Dukuh Atas.
Dari pengamatan Vibrasi, hal ini dilakukan mungkin untuk memudahkan penumpang langsung menggunakan KRL setelah keluar dari Stasiun LRT Dukuh Atas.
Namun problemnya, tidak semua penumpang LRT yang turun dari Dukuh Atas otomatis menggunakan KRL di Sudirman. Seperti yang dialami Ibu Weni tersebut.
“Kenapa tidak dibuat pintu keluar saja di dekat pintu masuk Stasiun KRL Sudirman, jadi yang mau keluar silakan, yang lanjut gunakan KRL silakan. Kalau sekarang kan, mau keluar LRT di Dukuh Atas harus betul-betul lewat Stasiun KRL Sudirman dulu, jadinya ribet gitu,” keluh Weni.
Vibrasi kemudian mengalami hal yang sama seperti Ibu Weni, yaitu terpaksa masuk Staisun KRL Sudirman supaya bisa keluar. Di pintu keluar, penumpang kembali harus tap-out. Memang benar saldo di kartu hanya berkurang Rp 1.
Namun keluhan penumpang seperti yang disampaikan Ibu Weni ada baiknya diperhatikan oleh manajemen KAI. Mengapa tidak dibuat saja pintu keluar LRT di dekat pintu masuk KRL Sudirman? Sehingga penumpang LRT yang memang ingin turun di Stasiun Dukuh Atas, tidak perlu repot-repot harus masuk dulu ke Stasiun KRL Sudirman lalu keluar lagi.
Posted in Megapolitan