- Politik
Kamis, 25 Mei 2023 11:29 WIB
Purwakarta, Vibrasi.co–Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah, menilai Dedi Mulyadi dihadapkan tiga tantangan sekaligus tuntutan besar saat memutuskan berlabuh ke Partai Gerindra.
“Kepindahan Kang Dedi dari Golkar ke Gerindra memiliki konsekuensi, ada tantangan berat yang akan menentukan cerah atau suramnya masa depan politik ke depan,” kata Toto melalui sambungan telepon, di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu.
Ia menyampaikan pilihan politik Dedi Mulyadi merupakan hal wajar dan logis, meski hal itu mengejutkan para petinggi Partai Golkar.
Namun terlepas dari itu, katanya, ada tantangan sekaligus tuntutan yang akan menjadi tugas besar untuk Dedi Mulyadi setelah bergabung dengan Gerindra.
Menurut dia, jika tidak cerdas memanfaatkannya, maka apa yang mungkin dianggap berkah dari kepindahannya itu bisa menjadi musibah untuk masa depan politik Dedi Mulyadi.
Toto meminta agar berkah tidak menjadi musibah, setidaknya ada tiga ‘pekerjaan rumah’ Dedi Mulyadi yang harus dilakukan dalam waktu dekat.
Pertama, kemampuan mem-“branding” diri agar secara elektabilitas,minimal bisa memepet Ridwan Kamil yang saat ini di seluruh lembaga survei masih memimpin cukup jauh sebagai calon gubernur Jabar.
“Kedua, tuntutan kemampuan Kang Dedi untuk mem-‘branding’ Gerindra agar keberadaannya memberi nilai plus. Minimal, mempertahankan kursi yang ada, bersyukur menambah kursi,” kata Toto.
Terakhir beban berat Dedi Mulyadi untuk memenangkan ketua umumnya di Gerindra, Prabowo Subianto, sebagai capres.
Hal tersebut menjadi perhatian karena hampir seluruh lembaga survei saat ini posisi elektabilitas Prabowo di Jabar masih bersaing ketat dengan Anies Baswedan.
“Buat saya, kepindahan Kang Dedi dari Golkar ke Gerindra akan menjadi taruhan hidup mati kariernya, berbeda dengan saat dia masih di Golkar. Begitu pilihan beralih ke Gerindra, persoalannya bukan sekadar ganti baju yang umum dilakukan politisi lain. Tapi dalam konteks Dedi, ada reputasi politik yang akan ikut menentukan cerah dan buramnya dia ke depan,” kata dia.
Untuk itu, katanya, beban Dedi Mulyadi bisa jauh lebih besar dan berat dari Ketua DPD Gerindra Jawa Barat Taufik Hidayat.
Ia mengatakan kepindahan itu tak memberi nilai plus untuk partai maupun pencapresan Prabowo, apalagi untuk elektabilitas Dedi sendiri, maka saatnya nanti dia hanya akan jadi bahan “nyinyiran” dan sinisme publik.
Tugas berat Dedi lainnya, kata Toto, yakni mengonversi suara dan dukungan pemilih dia dari yang awalnya Golkar menjadi Gerindra.
“Dari pemilih tersebut dikonversi menjadi pemilih Prabowo pada pilpres nanti, termasuk mengonversi elektabilitas dirinya yang di survei sekitar 24 persen sebagai cagub Jabar menjadi pemilih Gerindra dan Prabowo,” katanya.
Posted in Politik