Fenomena Split-Ticket Voting Pilkada DKI Jakarta 2024: Dinamika Baru Perilaku Pemilih

-
Jumat, 29 Nov 2024 09:41 WIB

No Comments

arum

Oleh : Dewi Arum Nawang Wungu
(Peneliti Senior Indopolling)

Pilkada DKI Jakarta 2024 tidak hanya menjadi ajang pertarungan kandidat dengan latar belakang politik yang kuat, tetapi juga memperlihatkan fenomena unik dalam perilaku pemilih: split-ticket voting. Dalam konteks ini, pemilih menunjukkan preferensi yang berbeda antara pilihan pada pemilu lokal (Pilkada) dan pilihan dalam pemilu nasional (Pilpres). Fenomena ini menawarkan wawasan tentang perubahan pola pikir politik masyarakat, terutama di Jakarta sebagai barometer politik nasional.

A. Hasil Akhir Pilkada dan Dinamika Elektoral

Berdasarkan hasil quick count, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno (Pram-Rano) keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara sekitar 51,03% (hasil QC milik SMRC per 27 Nov 2024), mengungguli pasangan Ridwan Kamil-Suswono (Rido) yang memperoleh 38,80%. Perolehan ini menguatkan prediksi sejumlah survei pra-pemilu, meskipun dalam beberapa survei sebelumnya, pasangan Rido sempat unggul tipis.

Survei pra pemilu yang dilakukan beberapa lembaga survei kredibel sepanjang September – November 2024, memperlihatkan tren elektabilitas Pram – Rano yang cenderung progresif kenaikannya. Sementara Paslon Rido memiliki tren elektabilitas yang menurun. Pada survei LSI per 6 – 12 September, elektabilitas Paslon Rido masih 51,8%. Selanjutnya pada awal Oktober, survei dari Charta Politika menunjukkan elektabilitas Rido turun menjadi 48,3% dan Pram Rano masih di posisi 36,5%.

Selanjutnya, survei LSI di pertengahan bulan Oktober memperlihatkan elektabilitas Pram Rano mulai menyalip dengan perolehan 41,6%. Perolehan ini membuka jarak elektoral yang tipis yakni hanya 4% dengan Paslon Rido, yang menurun hingga di titik dukungan hanya 37,4%.

Terakhir, survei Indopolling pada 8-15 November menginformasikan data yang mencerminkan gelagat perilaku pemilih Jakarta yang makin condong ke Pram Rano seminggu sebelum pencoblosan. Elektabilitas Paslon 03 itu mencapai 48,4%. Sementara Paslon 01 tinggal 38,4%. Jarak elektoral menjadi 10% saat survei dilakukan. Sementara itu paslon independen nomor 02, Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana memiliki tren elektoral rata rata 3-5% dalam berbagai survei di rentang waktu yang sama.

Pilkada DKI Jakarta 2024 juga memperlihatkan pola menarik dalam dinamika politik dan perilaku pemilih. Fenomena split-ticket voting—di mana pemilih menunjukkan preferensi berbeda antara tingkat lokal (Pilkada) dan nasional (Pilpres)—mencerminkan lanskap politik Jakarta yang semakin kompleks. Kemenangan pasangan Pramono Anung dan Rano Karno menggarisbawahi pentingnya strategi kampanye berbasis lokalitas serta dukungan politik yang strategis dari aktor nasional seperti Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Salah satu kekuatan utama Pram-Rano terletak pada pendekatan mereka ke simpul-simpul komunitas lokal, khususnya komunitas Betawi. Betawi, sebagai kelompok budaya yang identik dengan identitas Jakarta, memiliki pengaruh besar dalam menentukan hasil pemilu lokal. Pasangan ini menargetkan komunitas Betawi melalui pendekatan budaya seperti festival seni Betawi, penguatan pesantren Betawi, dan program ekonomi mikro berbasis kearifan lokal.

Di sisi lain, Ridwan Kamil berupaya memperluas basis dukungan melalui program berbasis milenial dan teknologi, seperti peluncuran aplikasi partisipasi publik. Namun, strategi ini kurang mampu menembus basis tradisional pemilih Betawi yang merasa lebih terwakili oleh gaya kampanye Pram-Rano.

Dukungan tokoh nasional turut memainkan peran tersendiri dalam Pilkada ini. Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, secara spesifik memberikan dukungan kepada pasangan Pramono dan Rano, khususnya melalui jaringan pendukung loyalnya. Strategi ini berfokus pada segmen pemilih Muslim urban yang sebelumnya menjadi basis kekuatan Anies dalam Pilkada 2017 dan Pilpres 2024.

Sebaliknya, Ahok, yang mendukung secara kontinu meski nampak tidak eksplisit, tetap memiliki pengaruh melalui relawan dan jaringan komunitas pro-Ahok yang sebagian besar mendukung Pram-Rano. Kehadiran Rano Karno, figur yang dekat dengan elemen nasionalis, juga menjadi simbol rekonsiliasi politik antara kelompok pendukung Ahok dan suara moderat lainnya.

Terakhir, Pemilih mengambang juga menjadi faktor krusial, dengan sekitar 10% pemilih menentukan pilihan di hari pencoblosan. Nampak pula kenaikan dukungan untuk Paslon independen yang mampu mencapai dua digit. Membelakangi temuan berbagai survei yang menebak skor elektoral hanya antara 3-5%.

B. Split-Ticket Voting: Mengapa Terjadi?

Fenomena split-ticket voting terlihat jelas pada pemilih partai-partai tertentu. Pemilih PKS, PKB, Gerindra dan NasDem, misalnya, menunjukkan preferensi yang terbelah. Mereka mendukung Pram-Rano di Pilkada, meski partai-partai ini memiliki afiliasi nasional yang berbeda dengan pasangan tersebut ketika masa pemilihan presiden.

Dalam sebaran data demografis milik indopolling, dimana dilakukan tabulasi silang antara pilihan partai politik terhadap pilihan gubernur, pemilih PKB ada 56,9% yang ke Pram Rano (basis 6,1%). Pemilih Gerindra ada 40,9% ke Pram Rano (basis 17%). Pemilih Nasdem ada 34,4% ke Pram Rano (basis 7,3%). Dan pemilih PKS ada 41,9% yang memilih Pram Rano (basis 22,9%).

Selain itu, pendukung kandidat presiden Anies-Muhaimin yang diasumsikan cenderung memilih Rido, faktanya dalam data tabulasi silang antara pilihan presiden dan pilihan gubernur milik survei Indopolling, memperlihatkan sebaliknya. Bobot prosentase pemilih Anies – Muhaimin di Jakarta yang mendukung Pram- Rano ada 45,3%.

Sedangkan pendukung Ganjar-Mahfud lebih banyak berpihak pada Pram-Rano (72% dari basis elektoral pilpres Ganjar – Mahfud di Jakarta yakni 10,9%).

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya split-ticket voting:

1. Faktor Lokalitas : Pemilih Jakarta lebih mempertimbangkan kebutuhan dan isu lokal, seperti transportasi, penanganan banjir, dan pembangunan infrastruktur, yang dijanjikan oleh kandidat.

2. Kredibilitas Kandidat : Pasangan Pram-Rano dinilai memiliki pengalaman birokrasi dan keterampilan komunikasi politik yang kuat, yang menarik bagi pemilih lintas partai.

3. Kampanye yang Kontekstual : Strategi kampanye yang menyesuaikan isu lokal lebih efektif dibandingkan narasi politik nasional. Kemenangan Pram-Rano dalam Pilkada DKI Jakarta 2024 menunjukkan bahwa kampanye berbasis lokalitas yang kuat, pendekatan strategis ke komunitas seperti Betawi, dan dukungan simbolis dari figur nasional seperti Ahok mampu menjadi penentu hasil akhir. Sebaliknya, strategi Rido yang lebih generik menunjukkan perlunya penyesuaian dalam memahami lanskap lokal Jakarta.

4. Kekhawatiran akar rumput NU dengan eksistensi PKS di lingkup kekuasaan Jakarta.
Nampak adanya ketidaknyamanan yang nyata dari publik NU, terutama elit politiknya yang banyak berada di PKB dan PPP, dalam mengaktivasi mesin pemenangan untuk Paslon 01, dimana ada Cawagub Suswono yang merupakan elit PKS.

C. Implikasi Split-Ticket Voting untuk Politik Lokal dan Nasional

Fenomena ini menunjukkan bahwa pemilih Jakarta semakin kritis dan tidak terikat pada afiliasi partai semata. Pendewasaan demokrasi merupakan proses di mana masyarakat, institusi, dan aktor politik menjadi lebih matang dalam memahami dan menjalankan nilai-nilai demokrasi. Ini mencakup penguatan partisipasi publik yang sadar, penghormatan terhadap hukum, penerimaan pluralitas, dan pengelolaan konflik politik secara damai. Dalam konteks negara seperti Indonesia, yang memiliki latar belakang keragaman budaya dan sejarah otoritarianisme, pendewasaan demokrasi menjadi sangat penting untuk mencegah kemunduran demokrasi (democratic backsliding) dan memastikan stabilitas politik.

Demokrasi yang matang menghasilkan pemerintahan yang lebih legitimate karena proses pemilihannya transparan, partisipatif, dan didasarkan pada preferensi rakyat. Legitimasi ini penting untuk memastikan stabilitas sosial dan politik.

Robert A. Dahl berpendapat bahwa pendewasaan demokrasi ditandai dengan kemampuan sistem untuk menciptakan inclusiveness dan public contestation. Ini memungkinkan demokrasi tetap stabil meski menghadapi tantangan internal maupun eksternal.

Pendewasaan demokrasi adalah fondasi penting untuk memastikan berjalannya pemerintahan yang adil, akuntabel, dan stabil. Proses ini membutuhkan waktu, komitmen kolektif, dan partisipasi aktif masyarakat. Di sisi lain, partai politik perlu memahami bahwa loyalitas pemilih tidak lagi bisa dianggap absolut, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Kesimpulan

Jakarta sering kali menjadi barometer politik nasional, sehingga split-ticket voting bisa saja menjadi pola yang muncul di wilayah lain pada pemilu mendatang. Pilkada DKI Jakarta 2024 tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan politik, tetapi juga mencerminkan perubahan mendasar dalam perilaku pemilih.

Split-ticket voting menyoroti bahwa masyarakat semakin matang dalam menentukan pilihannya berdasarkan kebutuhan lokal dan kinerja kandidat, bukan sekadar afiliasi partai. Fenomena ini memberikan pelajaran berharga bagi partai dan kandidat untuk lebih fokus pada isu-isu konkret dan membangun kepercayaan publik secara langsung. Split-ticket voting ini memberikan pelajaran penting bagi partai dan kandidat untuk mendekati pemilih secara lebih kontekstual, dengan menyeimbangkan isu nasional dan lokal. Jakarta, sebagai barometer politik nasional, sekali lagi menunjukkan kompleksitas perilaku pemilihnya, yang akan menjadi tantangan menarik dalam pemilu mendatang.
Pemilih Jakarta semakin kritis dan independen. Semakin berhati-hatinya warga Jakarta dalam menentukan pilihan politiknya, terekam dalam angka partisipasi pilkada yang terendah sepanjang sejarah eleksi langsung. Ada sebesar 46% pemilih yang menjadi undecided hingga hari pencoblosan. Angka partisipasi pemilih pada Pilgub DKI Jakarta 2024 hanya mencapai 4.357.512. Padahal, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 8.214.007. Artinya, partisipasi pemilih di Ibu Kota ada di angka 53,05 %.

Dengan hasil akhir QC dari lima lembaga survei kredibel yang menunjukkan Pram-Rano keluar sebagai pemenang Pilkada ini, sekaligus juga menggarisbawahi pentingnya strategi yang relevan dan berbasis data untuk memenangkan hati pemilih.

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :