- Bisnis dan Keuangan
Selasa, 12 Nov 2024 12:54 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Garuda Indonesia memproyeksikan kinerja jelang akhir tahun 2024 berjalan on the track dan tumbuh solid sejalan dengan langkah penjajakan strategi penguatan kinerja yang terus diintensifkan. Sejumlah langkah penguatan kinerja dioptimalkan. Meliputi, peningkatan kapasitas produksi yang ditunjang dengan penambahan 4 armada menjelang akhir tahun ini, penguatan global partnership bersama maskapai internasional, hingga penjajakan “new lease commercial term agreement” yang terus diintensifkan pada kuartal IV-2024.
Hal tersebut disampaikan dalam gelaran Public Expose Tahunan Garuda Indonesia, di Gedung Manajemen Garuda, Bandara Soekarno-Hatta, Senin (11/11/2024). Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan, kinerja perusahaan diproyeksikan akan terus tumbuh positif sejalan dengan berbagai langkah penguatan fundamental basis kinerja keuangan pasca-restrukturisasi.
“Setelah sebelumnya berhasil menurunkan harga sewa pesawat dalam fase restrukturisasi, saat ini kami tengah melakukan langkah penjajakan penerapan new lease commercial term agreement dengan skema ijarah yang kami harapkan dapat merefleksikan secara ideal beban operasi, khususnya komponen sewa pesawat dalam pencatatan kinerja keuangan perusahaan,” ucapnya, seperti keterangan yang diterima redaksi, Senin (11/11/2024).
Penjajakan new lease commercial term agreement diharapkan dapat semakin memperkuat fundamental kinerja keuangan melalui pembukuan yang proporsional. Hal ini juga secara jangka panjang dapat turut memperbaiki posisi ekuitas perusahaan. Sejauh ini, new lease commercial term agreement tersebut telah mendapatkan persetujuan sedikitnya 10 persen dari total pesawat yang jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah jelang akhir tahun ini.
Penjajakan skema ijarah tersebut semakin melengkapi rangkaian strategi penguatan kinerja korporasi yang tengah dioptimalkan perusahaan jelang penutup tahun kinerja 2024. Di antaranya melalui penguatan global partnership bersama Japan Airlines dan Singapore Airlines. Langkah ini diproyeksikan menjadi katalisator penguatan presensi market Garuda Indonesia di kancah global, sekaligus menarik pertumbuhan trafik penumpang secara berkelanjutan. Juga terkait rencana penambahan alat produksi perusahaan yakni sebanyak 4 armada secara bertahap dimulai dari kuartal 4 akhir 2024 yakni 2 pesawat narrow body Boeing B737-800NG dan potensi penambahan 2 pesawat narrow body lainnya (dalam tahap negosiasi), yang merupakan bagian dari rencana penambahan armada di 2023 dan 2024.
Strategi penguatan kinerja tersebut tercermin pada progres kinerja usaha perusahaan hingga periode 10 bulan di 2024. Pendapatan usaha perusahaan sebesar 2,8 miliar dolar AS atau telah mendekati capaian Full Year 2023 yakni sebesar 2,9 miliar dolar AS.
Strategi penguatan kinerja tersebut juga terefleksikan pada progres kinerja nett income (laba bersih) periode 10 bulan yang tumbuh 114,19 persen menjadi 18,11 juta dolar AS dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Selanjutnya hasil ijarah tersebut akan dicatatkan dalam Laporan Tahun kinerja 2024. Outlook positif juga terefleksikan melalui pertumbuhan EBITDA pada periode 10 bulan 2024 sebesar 790 juta dolar AS atau tumbuh sebesar 13,82 persen dari periode bulan sebelumnya.
Sebelumnya, pada Kuartal III-2024, Garuda Indonesia berhasil terus mencatatkan outlook kinerja yang menjanjikan. Hal tersebut salah satunya terefleksikan melalui pertumbuhan EBITDA yang menguat hingga 11 persen di periode kinerja sampai dengan kuartal III-2024 sebesar 685,81 juta dolar AS. Capaian ini sekaligus merefleksikan tingkat EBITDA yang tumbuh secara berkelanjutan pasca-restrukturisasi, hingga kuartal III-2023 Garuda berhasil membukukan EBITDA sebesar 616,37 juta dolar AS.
Capaian tersebut turut terefleksikan melalui kinerja pendapatan usaha secara konsolidasi yang konsisten naik hingga 15 persen, sebesar 2,56 miliar dolar AS selama periode sembilan bulan pertama tahun 2024 (unaudited) dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 yakni 2,23 miliar dolar AS. Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut salah satunya ditopang peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17 persen (year-on-year/YoY) mencapai 2,01 miliar dolar AS. Pendapatan penerbangan tidak berjadwal turut mencatatkan kenaikan sebesar 6 persen dan pendapatan lainnya juga naik 8 persen dibandingkan dengan capaian hingga kuartal III-2023.
Pertumbuhan pendapatan usaha sampai dengan triwulan ketiga tahun ini turut merefleksikan angkutan penumpang Garuda Indonesia secara grup. Jumlah angkutan penumpang hingga September 2024 mencapai 17,73 juta penumpang atau menguat 24 persen (YoY) yang dikontribusikan dari angkutan Garuda Indonesia (mainbrand) sebesar 8,34 juta dan Citilink sebanyak 9,39 juta penumpang.
Irfan menambahkan, perubahan skema perjanjian sewa pesawat dari skema konvensional menjadi skema ijarah ini selaras dengan upaya perusahaan untuk lebih solvable. Perubahan ini juga berpotensi meningkatkan nilai kapitalisasi pasar saham perusahaan dengan memperoleh refleksi kondisi riil terkait beban sewa pesawat pada periode tertentu.
“Sekaligus memungkinkan Garuda Indonesia untuk melaksanakan perencanaan dalam perolehan revenue sehubungan dengan beban sewa yang harus ditanggung perusahaan pada periode tertentu,” ujarnya.
Dia melanjutkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah kinerja Garuda Indonesia, perusahaan mencatatkan konsistensi pertumbuhan pendapatan dan penumpang. Dengan kata lain, tidak terdapat tren low season pada kinerja operasi Garuda Indonesia di tahun ini.
“Hal ini tentu menjadi outlook kinerja yang menjanjikan, khususnya di tengah tren penurunan profitabilitas industri transportasi udara secara menyeluruh. Kami optimistis hingga akhir tahun nanti, laju kinerja Garuda Indonesia akan terus berlangsung on the track dengan tren profitabilitas yang akan terus tumbuh secara berkelanjutan,” tutup Irfan.
Posted in Bisnis dan Keuangan, Index