- Index
Selasa, 03 Sep 2024 14:40 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Manajemen Rumah Sakit (RS) Medistra Jakarta Selatan meminta maaf kepada publik atas gaduh isu dugaan diskriminasi jilbab atau hijab yang dialami oleh salah seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen.
Direktur RS Medistra Agung Budisatria pun menyesali terjadinya kesalahpahaman dari proses interview atau wawancara yang dilakukan oleh salah satu karyawan RS Medistra tersebut.
“Manajemen RS Medistra menyampaikan permohonan maaf dan menyesali terjadinya kesalahpahaman dari proses interview yang dilakukan oleh salah satu karyawan kami,” kata Agung dalam keterangannya, Senin (2/9/2024).
Agung lantas memastikan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, RS Medistra selalu patuh dan tunduk terhadap peraturan yang berlaku. Serta berkomitmen untuk menghargai keberagaman serta memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh calon pekerja dan pekerja.
“RS Medistra telah memiliki peraturan kepegawaian yang mengatur tentang standar penampilan dan perilaku yang sama sekali tidak melarang penggunaan hijab bagi para pegawainya,” katanya.
Agus menjelaskan aturan itu telah diterapkan dalam kegiatan sehari-hari di RS Medistra. Ia menyebut banyak dokter spesialis maupun karyawan yakni dokter umum, perawat, tenaga penunjang medis maupun tenaga non medis, yang menggunakan hijab saat bertugas.
RS Medistra, lanjut Agung, sangat menghormati dan menghargai atas semua perbedaan keyakinan, serta menjamin hak seluruh karyawan untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing, salah satunya adalah dengan menyediakan sarana beribadah seperti masjid dan mushola, serta menyelenggarakan kegiatan kerohanian.
“Atas kesalahpahaman yang terjadi, saat ini manajemen telah mengambil tindakan tegas dengan memberikan peringatan dan pembinaan kepada karyawan dimaksud, serta tidak lagi mengikutsertakan yang bersangkutan dalam tim interview calon karyawan RS Medistra,” jelasnya.
Agung pun memastikan RS Medistra akan berkomitmen untuk terus meningkatkan proses rekrutmen karyawan serta operasional rumah sakit agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh masyarakat.
Dokter Konsultan Spesialis Bedah Onkologi (Kanker) Diani Kartini yang berpraktik di RS Medistra sebelumnya bercerita soal pengalaman asisten dan kerabatnya yang mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra.
Diani menyebut dalam pertanyaan terakhir di sesi wawancara. Pihak rekrutmen RS Medistra menanyakan kesediaan calon pekerja untuk melepas hijab apabila diterima di RS Internasional tersebut.
Padahal menurutnya beberapa rumah sakit lainnya yang jauh lebih besar memperbolehkan seluruh tenaga kesehatan dan tenaga medis untuk memakai hijab.
Oleh sebab itu, Diani sangat menyayangkan pertanyaan dalam sesi akhir wawancara tersebut. Ia pun mempertanyakan apakah ada standar ganda dalam cara berpakaian masing-masing profesi di RS Medistra.
Sebelumnya, Ketua MUI bidang Ukhuwah dan Dakwah, KH Muhammad Cholil Nafis mengungkapkan rasa geram melalui media sosial X @cholilnafis.
Menurut Kyai Cholil, saat ini Indonesia yang sudah merdeka 79 tahun maka sudah harusnya sudah ada jaminan kebebasan beragama.
“Tdk boleh terjadi di negeri kita yg sdh merdeka dan dijamin utk kebebasan menjalankan ajaran agamanya. Yg begini harus diusut krn sdh melanggar kebebasan beragama, “ tulis di akun X @cholilnafis.
Bahkan ia juga meminta kasus pelarangan jilbab atau diskriminasi ini diusut.
Rumah sakit yang masih phobia hijab begini baiknya tak usah buka di Indonesia krn kita sdh merdeka dan dijamin kebebasan utk menjalankan ajaran agamanya masing2. Tlg pihak berwenang agar kasus di RS itu diusut ya agar tak menjadi preseden buruk,” tulisnya.