- Index
Jumat, 16 Agu 2024 19:34 WIB
Tragedi mahasiswi Kedokteran meninggal bunuh diri kembali terjadi. Kali ini, mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang diduga bunuh diri karena mengalami perundungan (bullying) dari seniornya. Korban meninggal disebabkan suntikan obat penenang melebihi dosis.
Korban diketahui merupakan seorang dokter yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Undip. Korban bernama dr. Aulia Risma Lestari (30). Polisi yang melakukan penyelidikan, menemukan sejumlah petunjuk, korban mengakhiri hidup dengan menyuntikkan obat penenang, diduga karena mengalami perundungan.
Kapolsek Gajahmungkur jajaran Polrestabes Semarang, Kompol Agus Hartono menyebutkan berdasarkan catatan diare korban yang ditemukan di kamar kos korban, salah satunya berisi keluh kesah korban, beratnya menjadi mahasiswi kedokteran dan menyinggung urusan dengan seniornya.
Disebutkan, korban kemungkinan sudah berkomunikasi dengan ibunya karena melihat buku hariannya merasa berat, pelajarannya berat, dengan senior-seniornya juga berat.
“Ibunya memang menyadari anak itu minta resign, sudah nggak kuat. Sudah curhat sama ibunya, satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras,” sambungnya.
Pasca-ditemukan meninggal dunia, kedua orangtua korban dari Tegal datang ke Semarang dan mengambil jenazahnya. Jenazah tidak dilakukan autopsi. Korban diketahui merupakan dokter ASN di Tegal yang tengah menempuh PPDS Program Studi (Prodi) Anestesi Undip.
Korban diketahui merupakan dokter ASN di Tegal yang tengah menempuh PPDS Program Studi (Prodi) Anestesi Undip. Polisi menyebut yang bersangkutan sudah menempati kos di Lempongsari sekitar 1 tahun.
Menindaklanjuti adanya dugaan perundungan di Prodi Anestesi Undip, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, meski pembinaan dan pengawasan PPDS menjadi tanggung jawab Undip, Kemenkes tidak bisa lepas tangan.
Hal itu karena korban melakukan pendidikan di lingkungan RS Dr Kariadi sebagai unit dari Kemenkes RI.
“Sebagai unit dari Kemenkes, RS Dr Kariadi mengambil tindak tegas dan cepat dengan menghentikan prodi Anestesi PPDS FK Undip,” kata Syahril, saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (15/8).
Saat ini, Kemenkes juga sudah berkoordinasi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim sebagai pembina Undip dan Dekan FK Undip untuk melakukan investigasi.
Lebih lanjut, Syahril mengungkapkan alasan Kemenkes RI menyetop prodi Anestesi PPDS FK Undip untuk sementara waktu.
“Penghentian sementara kegiatan PPDS Anestesi Undip di RS Dr Kariadi untuk memberikan kesempatan investigasi dapat dilakukan dengan baik termasuk potensi adanya intervensi dari senior atau dosen kepada juniornya serta memperbaiki sistem yang ada,” terang Syahril, dilansir dari kompas.
Ia juga mengatakan bahwa tim Itjen Kemenkes sudah mendatangi RSUP Dr Kariadi untuk melakukan investigasi terkait dugaan tindak korban mengakhiri hidupnya.
Pasalnya, ada dugaan bahwa korban menyuntikkan obat penenang ke tubuhnya karena mengalami perundungan.
“Investigasi memastikan apakah ini ada unsur bullying atau tidak. Mudah-mudahan dalam seminggu sudah ada hasilnya,” jelasnya.
Investigasi dilakukan mencakup kegiatan korban selama di RS Dr Kariadi. Apabila dalam investigasi ditemukan bukti adanya tindak bullying kepada korban, Kemenkes akan bersikap tegas dengan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) pelaku.
“Kemenkes tidak sungkan melakukan tindakan tegas seperti mencabut SIP dan STR bila ada dokter senior yang melakukan praktek bullying yang berakibat kematian,” tegas Syahril.
Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswi Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Bernadette Caroline Angelica (21), ditemukan tewas di dalam mobil dengan kondisi kepala terbungkus plastik di halaman parkir Apartemen Royal Bisnis, Tambak Oso, Sidoarjo, Minggu (5/11/2023) lalu.
Plastik itu dilakban pada bagian leher. Ditemukan juga tabung berisi helium di dalam mobil. Tabung itu mempunyai slang yang ujung satunya dimasukkan ke plastik yang menutupi kepala korban. Diduga korban meninggal karena menghirup gas helium tersebut.
Polisi juga menemukan dua surat wasiat yang diduga ditulis korban. Dua surat yang ditulis dalam bahasa Inggris itu berisi curahan hati korban kepada keluarga hingga sahabat tentang keputusasaan menghaapi kenyataan hidup.