Kiprah Aas Rolani, Penyanyi dan Pelestari Seni Tarling Indramayu

-
Jumat, 09 Agu 2024 15:13 WIB

No Comments

aasrolani2

Jakarta, Vibrasi.co–Tarling merupakan salah satu seni budaya daerah yang masih bertahan hingga saat ini. Di tengah gempuran penggunaan teknologi dalam bermusik, tarling tetap menjadi budaya yang nyata-nyata mampu mengikuti arus teknologi tanpa harus kehilangan jati diri.

Tarling berasal dari kata gitar dan suling dan asal mulanya dari daerah Indramayu. Genre musiknya termasuk genre pop dangdut dan telah berkembang sejak tahun 60-an. Belakangan, seiring perkembangan teknologi, tarling tidak lagi menggunakan gitar dan suling seperti dulu, tapi sudah bercampur dengan organ atau piano, atau kerap disebut tarling koplo.

lagu tarling yang terkenal hingga saat ini di antaranya adalah “Pemuda Idaman” dan “Warung Pojok”. Dua lagu legendaris ini bahkan dianggap ‘lagu nasional’nya penyanyi tarling. 

 

Membahas tarling tak lengkap rasanya jika tak bercerita tentang Aas Rolani. Wanita kelahiran Indramayu, 7 Mei 1984 ini seorang penyanyi terkenal dalam genre musik tarling.

Sejak tahun 2000-an nama Aas Rolani telah menjadi salah satu ikon utama dalam genre ini. Dari usia dini, Aas sudah menunjukkan minat yang besar terhadap musik, terutama musik tradisional yang kental dengan nuansa lokal.

Keterlibatannya dalam dunia musik dimulai di lingkungan keluarga dan komunitas yang mendukung pengembangan bakatnya.

Karier musik Aas Rolani dimulai pada akhir tahun 1990-an, ketika ia mulai tampil di berbagai acara lokal dan festival musik di Cirebon. Aas mengaku tidak pernah belajar bernyanyi secara khusus. Dia hanya ikut kemana saja orangtuanya yang memang seniman tarling, manggung.

BACA JUGA :Bendungan Semoi Sepaku Bakal Jadi Destinasi Wisata IKN

“Sejak SD, saya sudah ikut ibu dan bapak keliling manggung. Jadi lama-lama bisa nyanyi, tanpa les vokal,” kata Aas dalam sebuah wawancara dengan Vibrasi.co di Indramayu belum lama ini.

Memang dasarnya sudah berbakat, tak perlu waktu lama buat Aas mulai mendapatkan posisi sebagai penyanyi tarling. Di usia SMP hingga SMA ia sudah menjadi menjadi penyanyi utama grup tarling yang diasuh orangtuanya.

Setelah menamatkan sekolah, Aas mulai sepenuhnya mendedikasikan hidupnya sebagai penyanyi tarling.

“Dari lulus SMA barulah fokus jadi penyanyi tarling. Jadwal manggung sudah mulai padat saat itu,” ujar Aas.

Laris saat masa panen padi

Menurut Aas, tarling termasuk pertunjukan mahal. Sebab untuk bisa menanggap atau menyewa satu grup tarling paling sedikit butuh biaya sekitar Rp 40 jutaan.

“Itu untuk biaya alat musik, penyanyi 3-5 orang, kemudian kru sekitar panggung 5 orang Lalu pemain musik sekitar 5-7 orang. Jadi 40 juta itu sudah semua, yang menyewa tau beres,” kata Aas.

Karena itu, lanjut Aas, panggilan manggung paling banyak biasanya setelah masa panen padi. Yakni antara Januari-Februari dan Juni-Juli.

“Kalau habis panen padi, banyak orang hajatan. Mungkin karena sedang punya uang, jadi kesempatan gelar hajatan,” terang Aas.

Aas mengaku di masa sehabis panen itu ia bisa dapat job manggung seminggu lima atau enam kali. Dari honor manggung itulah Aas dapat memperbaiki hidupnya, bahkan dapat hidup makmur.

Menjaga tradisi daerah

Selama karirnya, Aas telah mengukir beragam prestasi. Ia menyabet sejumlah penghargaan seperti Anugerah Dangdut Indonesia (ADI) dari Indosiar tahun 2002.  Lalu menyabet Panasonic Gobel Award tahun 2003, dan juga meraih penghargaan album tarling terbanyak di tahun 2003.

Aas juga pernah tampil di luar negeri, seperti di Hongkong dan Taiwan untuk menghibur para TKI yang bekerja di negara tersebut.

Seiring waktu, Aas kini mulai mengurangi jadwal manggung. Ia kini lebih banyak mengurus grup tarling miliknya sendiri. Ia membuka sanggar tarling di rumahnya yang luas di Indramayu.

Ia mengajak anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar tari, bermain alat musik, hingga menyanyi.

Menurut Aas, hal ini ia lakukan demi menjaga dan melesatarikan tradisi kesenian Indramayu. 

Aas bercerita, ia mulai membuka sanggar di rumanya ketika Covid-19 merebak di tahun 2020. Saat itu jadwal manggung juga sepi, sehingga daripada ia berpangku tangan di rumah maka ia mengajak anak-anak muda di sekitar rumahnya untuk berlatih tarling.

“Alhamdulllah sampai saat ini sanggar masih buka. Anak-anak juga masih senang latihan. Saat ini saya ingin mengembangkan latihan tari topeng yang asli cirebon,” ujarnya.

Tak hanya itu, Aas Rolani terlibat aktif dalam berbagai acara promosi, seminar, dan workshop yang bertujuan untuk memperkenalkan tarling kepada generasi muda dan audiens yang lebih luas.

Dengan berbagi pengetahuan dan teknik vokal, Aas membantu memajukan genre musik tradisional ini dan memastikan bahwa warisan budaya musik Cirebon tetap hidup dan relevan.

Aas Rolani telah menjadi inspirasi bagi banyak penyanyi dan musisi muda di Indonesia. Melalui kariernya, ia menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, seseorang dapat mencapai kesuksesan dalam genre musik tradisional.

Suara khasnya dan penampilan panggung yang energik membuatnya menjadi ikon bagi banyak orang yang bercita-cita mengejar karier di bidang musik.

Share :

Posted in ,

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :