- Index
Sabtu, 01 Jun 2024 11:17 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Rakyat Indonesia hari ini, 1 Juni 2024 memperingati Hari Lahir Pancasila. Hari ini, 79 tahun yang silam, di Gedung Chuo Sangi In, di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat (sekarang Gedung Pancasila), Ir Soekarno pertama kali mencetuskan ide lima asas yang ia sebut Pancasila.
Soekarno mencetuskan ide tersebut dalam pidato yang kemudian diberi judul “Lahirnya Pancasila”. Pidato itu tanpa teks, namun membuat seluruh peserta sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) meangguk setuju.
Meski bunyi sila dalam Pancasila yang ia sampaikan belum seperti yang kita kenal sekarang, namun prinsip yang ia sampaikan merupakan ruh dari bunyi sila Pancasila saat ini.
Yaitu, Perikemanusiaan, Kebangsaan Indonesia, Keadilan Sosial, Musyawarah Mufakat, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang Maha Esa.
Lima prinsip ide Soekarno ini, nyatanya merupakan prinsip bernegara yang bernilai universal. Dikatakan demikian karena ide-ide di dalamnya sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan secara umum.
Mulai dari hak dan kewajiban menyembah Tuhan (belief), kemanusiaan yang adil dan beradab (human rights), mendahulukan persatuan (unity), musyawarah mufakat (act of consensus and democracy), hingga keadilan sosial (social justrice).
Jika dicermati satu persatu bunyi sila di dalam Pancasila, maka tak ada satu pun nilai atau prinsip yang melanggar keadilan. Semua nilai-nilainya dapat diterima oleh siapapun dan di manapun.
Maka tak heran jika Thomas Meyer, doktor yang juga pakar komunikasi politik Universitas Dortmund, Jerman, sampai berujar bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik di dunia.
Ia menilai ideologi Pancasila mirip seperti demokrasi sosial yang diterapkan di beberapa negara Eropa. Namun Pancasila masih jauh lebih baik lagi, lantaran sekaligus mengakomodir dua hal di bidang kesejahteraan sosial.
Yaitu memajukan kesejahteraan sosial bersama, sementara di sisi laini tidak menutup kesempatan setiap individu untuk bekerja dan berusaha seluas-luasnya.
Meyer berujar, di banyak negara Eropa, warna ideologi yang dipakai umumnya kalau tidak neoliberalisme yang super kapitalis, maka fundamentalis keagamaan yang ketat. Sementara Pancasila, kata Meyer, berada di tengah-tengahnya.
“Saya percaya bahwa ideologi Pancasila adalah yang paling cocok di abad 21 ini. Tantangan abad 21 bisa dijawab oleh kelompok sosial dan demokrasi progresif,” ujarnya dalam sebuah seminar di tahun 2017.
Meyer menganggap masyarakat Indonesia sungguh beruntung memiliki asas negara seperti Pancasila. Karena selain prinsip kesejahteraan sosialnya yang mengedepankan keadilan, Pancasila juga mempertahankan kemajemukan dalam sebuah persatuan (unity).
Hal ini merupakan sesuatu yang sangat krusial karena Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa. Dan Meyer menyebut, persatuan dalam kemajemukan itu tertuang dalam sila ketiga Pancasila yang menurutnya sebuah pemikiran visioner dari para pendiri bangsa.
Meyer lalu membandingkan dengan apa yang terjadi di Jerman. Pada tahun 2008 Jerman mengalami krisis keuangan yang hebat. Krisis itu membuat negara ini mencari kembali jalan ideologi bangsanya.
“Kami punya pengalaman pada saat krisis ekonomi tahun 2008. Apakah harus buang kapitalisme atau bagaimana, kemudian kami ambil jalan tengah yakni demokrasi sosial,” ungkap Meyer.
Tak hanya Meyer, Presiden Amerika ke-44 Barrack Obama pun mengakui secara terbuka bahwa ia iri dengan ideologi Pancasila. Karena memuat semua nilai-nilai universal keTuhanan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.
Saat baru dilantik sebagai Presiden AS, dalam sebuah pidatonya, Barrack Obama tak segan-segan mengutip nafas sila kelima Pancasila.
Politisi Partai Republik, Michael Patrick Leahy, mengatakan, pidato Obama sesaat setelah menjadi Presiden AS menyampaikan pidato yang mirip dengan Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945.
Begini potongan pidato Ir Soekarno :
Dalam sila Keadilan Sosial jangan ada lagi kemiskinan di Indonesia yang merdeka. Apakah rakyat Indonesia ingin Indonesia yang merdeka tapi kelompok kapitalisme juga merajalela. Atau sebaliknya, kesejahteraan untuk seluruh rakyat. Di mana tiap orang bisa makan dengan cukup.
Sementara pidato Obama berbunyi :
“… Mereka (kaum Republik) ingin kembali ke filosofi usang yang tidak memihak ke kelompok kelas menengah AS bertahun-tahun ini. Filosofi mereka sederhana, kita di anggap akan sejahtera kalau semua orang bebas bermain dengan aturannya sendiri-sendiri. Well, saya di sini mengatakan mereka salah! Saya di sini menegaskan kalau rakyat AS akan jauh lebih besar kalau bersama-sama ketimbang sendiri-sendiri. Saya percaya AS akan berjaya kalau semua masyarakat mendapat kesempatan yang sama, ketika semua orang mendapat bagian yang adil, dan semua orang bermain di dalam aturan yang kita setujui bersama.”
Menurut Leahy, dalam pidatonya ini Obama sangat terasa merefleksikan nilai-nilai Indonesia ketimbang AS.
“AS selalu menjunjung tinggi nilai individualisme di atas kolektivisme. Sementara Indonesia sebaliknya, menjunjung tinggi kolektivisme di atas individualisme. Pidato Obama ini adalah sanjungan untuk kolektivisme Indonesia dan penolakan kepada individualisme AS,” kata Leahy.
Ideologi Pancasila juga mendapat pujian dari Ketua Gereja Katolik Dunia Paus Yohanes Paulus II. Paus mengatakan prinsip Ketuhanan yang Maha Esa sebagai prinsip pertama merupakan sebuah pemikiran yang religius.
Menandakan setiap manusia dalam berbangsa, bernegara, harus mengedepankan nilai-nilai keTuhanan, ketakwaan, dan kebaikan sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
Hal ini menurut Paus, jarang di temui dalam ideologi-ideologi negara di dunia. Karena saking kagumnya, Paus bahkan berencana mencanangkan praktik Pancasila di gereja Katolik di seluruh dunia.
Tidak hanya itu, Pancasila sebagai ideologi negara menjadi sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Seluruh hukum, peraturan, undang-undang, hingga peraturan daerah di Indonesia, harus mengacu dan tidak boleh bertentangan satu pun dengan kelima sila Pancasila. Tidak boleh satupun!
Hal ini yang membuat Pancasila menjadi ideologi yang sederhana namun memuat filosofi KeTuhanan, Kemanusiaan, dan keadilan sosial yang universal sehingga menjadi ideologi terbaik di dunia.