Iqra Semesta: Pesantren, “Ibu” Dari Literasi Modern

-
Rabu, 29 Mei 2024 10:34 WIB

No Comments

Iqra Semesta: Pesantren, "Ibu" Dari Literasi Modern

Jakarta, Vibrasi.co–Gerakan literasi di pesantren seperti membaca, menghapal, lalu menguasai sebuah cabang ilmu telah berlangsung sejak lama. Bahkan usianya setua perkembangan pesantren itu sendiri.

Literasi modern saat ini merupakan gerakan yang lahir dari rahim tradisi di pesantren. Sehingga, Yusron Aminulloh, pendiri IQRA Semesta yang juga CEO DeDurian Park ini menyebut pesantren adalah “Ibu” dari gerakan literasi modern.

“Bicara literasi di depan kiai, gus dan ning kayak ‘nguyahi segoro’. Karena justru pesantren adalah ‘ibunya’ literasi. Hanya sayang cara berpikir barat yang kemudian membuat kita tidak percaya diri,” ujar Yusron di depan peserta Pelatihan Literasi Pesantren di Hotel Aston, Mojokerto, Selasa (28/5/2024). 

Dalam acara yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Timur itu, ia sempat membeberkan fakta bahwa dalam suatu masa ada wilayah di Jawa Timur yang pendudukanya dinggap buta aksara. 

“Padahal mereka selama puluhan tahun membaca dengan huruf pegon (bahasa arab gundul) karena mereka ikut nyantri di pesantren. Artinya gerakan literasi itu sudah lama berjalan, jauh sebelum gerakan literasi modern.” tuturnya. 

BACA BERITA LAINNYA : Kemenag Luncurkan Aplikasi Kawal Haji

Meski begitu, Yusron mengaku gembira karena peringkat literasi Indonesia terus meningkat. Terbukti peringkat PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia meningkat. 

“Kita yakin dari Hasil PISA 2022 menunjukkan peringkat hasil belajar literasi Indonesia naik 5 sampai 6 posisi daripada PISA 2018. Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA. Padahal riset ini basisnya teks latin, sementara teks pegon yang banyak dikuasai santri dan masyarakat luas tidak diakui,” tegas Ketua ISMI (Ikatan Saudagar Muslim Indonesia) Jatim ini.

Sementara, Fauzan Fuadi, anggota DPRD Provinsi Jatim yang juga menjadi pembicara mengaku bersyukur karena pernah nyantri. Salah satu ilmu pengetahuan yang ia peroleh saat nyantri adalah kemampuannya dalam memahami tulisan. 

Ia juga memberi kesaksian bahwa pengetahuan yang ia peroleh saat mempelajari sistematika hapalan atau bacaan di pesantren, membantunya memahami laporan-laporan pekerjaan yang harus ia baca.

“Begitu sekarang wajib membaca puluhan buku dan laporan yang harus dibaca. Saya sudah menemukan cara yang efekif, karena tradisi membaca sudah menjadi naluri saya sejak menjadi santri,” tegas Fauzan.

Share :

Posted in ,

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :