- Index
Minggu, 12 Mei 2024 15:22 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Sopir bus pariwisata yang mengalami kecelakaan maut di daerah Ciater, Subang, Sabtu (11/4/2025) menjadi salah satu korban selamat, ia mengalami luka-luka dan memar.
Di kantor Polres Subang, sopir bus Trans Putra Fajar yang bernama Sadira, mengungkapkan kesaksiannya sebelum bus yang ia kemudikan terguling dan banyak menimbulkan korban jiwa.
Kecelakaan maut tersebut menimpa bus Trans Putra Fajar yang tengah mengangkut rombongan SMK Lingga Kencana di daerah Ciater, Subang, Jawa Barat. Sekolah tersebut sedang mengadakan acara perpisahan sekolah.
Kecelakaan terjadi pada di Jalan Palasari, Ciater sekitar pukul 18.45 WIB pada Sabtu (11/5/2024). Tercatat sebanyak 11 penumpang bus rombongan SMK Lingga Kencana meninggal dunia dan 1 orang lainnya yakni pengendara motor akibat kecelakaan di Ciater tersebut.
Rem Blong
Sadira mengaku, ia sudah merasakan ada ada masalah pada bus. Saat itu bus berangkat pada hari Jumat (10/5/2024 dari Depok menuju Bandung.
Selama perjalanan ke Bandung termasuk ke Alun-alun Bandung dan menginap di Cihampelas, kendaraan dalam keadaan baik-baik saja.
Setelah dari Cihampelas dan melakuan berbagai aktivitas, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke Depok. Namun sesuai arahan panitia, bus akan mampir terlebih dahulu di Tangkuban Perahu.
Di Tangkuban Perahu inilah Sadira mengatakan mulai merasakan ada masalah pada bus. Lantaran bus tidak sanggup menanjak.
Sampai di tangkuban perahu Sadira mengaku langsung menghubungi montir di rest area untuk memperbaiki rem mobil.
BACA JUGA : Kecelakaan Maut di Subang, Polri Tak Temukan Jejak Rem
Setelah itu, dalam perjalanan pulang, rombongan pun mampir ke sebuah rumah makan Bang Jun yang terletak di Ciater. Saat berhenti di rumah makan tersebut, Sadira masih mengecek lagi kondisi rem.
Namun setelah dari rumah makan tersebut, masalah rem di bus semakin terasa. Sadira mengatakan, angin remnya habis.
“Nah sampai Bang Jun melanjutkan perjalanan, di situlah saya baru terasa, kok ini angin habis?” kata dia.
Menyadari rem tidak berfungsi karena habis angin, Sadira langsung memberitahu penumpang untuk berpegaganga.
Sementara Sadira juga berupaya mencari alternatif bagaimana bus ini bisa yang sudah tanpa rem itu dapat terkendali di jalanan menurun.
“Ternyata begitu masuk gigi itu sudah nggak bisa karena posisi rem masih diinjak, mau masuk gigi itu udah nggak bisa. Saya lihat anginnya habis,” lanjut dia.
Sadira lalu memutuskan mencari jalan penyelamat, tapi tidak ada selain jalan turunan.
“Saya inisiatif untuk mencari tempat yang turunan, bukan bahu jalan, tapi jalan penyelamat. Ternyata tidak ada,” katanya.
Saat itulah Sadira melihat ada tiang listrik di sebelah kanan jalan, Ia lalu memutuskan menabrak bus ke tiang listrik tersebut supaya bus bisa berhenti.
“Karena saya lihat ada tiang listrik. Kalau tidak ada tiang listrik itu mobil masih jalan terus,” katanya. Namun saat ia membelok bus ke arah tiang listrik itu, ada motor dari arah berlawanan sehingga motor itu pun tertabrak.
Dengan kondisi tanpa rem dan kecepatan tinggi karena jalan menurun, Sadira membelokkan bus ke kanan menuju tiang listrik. Sayangnya bus malah terbalik dan merosot terus ke bawah hingga benar-benar berhenti di tiang listrik.
Akibat kecelakaan ini, 11 orang tewas yang terdiri dari 9 orang siswa dan 1 orang guru SMK Lingga Kencana serta 1 orang pengendara motor. Sementara puluhan lainnya luka-luka.