- Ekonomi
Jumat, 10 Mei 2024 10:20 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI) Jatim merespons sikap Asosasi Peritel Indonesia (Aprindo) yang meminta pemerintah memperketat penjualan produk yang rentan terhadap api di warung Madura. Aprindo juga menyebut pemerintah diskriminatif terhadap pemberlakuan aturan menjual produk yang rentan api.
“Sikap Aprindo ini tidak bijak. Di anggap mereka yang paling taat aturan, sehingga menyebut rakyat kecil yang melahirkan warung-warung Madura banyak melanggar aturan,” tegas Yusron Aminullah, Ketua ISMI Jatim di Surabaya, Jumat (11/5/2024).
Yusron mengingatkan, bahwa banyak ritel-ritel yang juga menjamur tanpa mempedulikan lagi jarak pendirian mini market sesuai aturan daerah.
“Sehingga dalam satu jalan raya harusnya 2 bisa berdiri 4 sd 5 unit. Dan tidak berpikir bahwa mereka “mematikan” toko-toko kecil,” tambah Yusron.
Menurut Yusron, di negara demokrasi seperti Indonesia, semua warga negara berhak berusaha dan beraktivitas ekonomi dengan gigih.
“Warung Madura adalah bentuk nyata kegigihan dan kemandirian rakyat menghadapi sulitnya hidup,” tegas Yusron yang juga CEO DeDurian Park Group.
Yusron menjelaskan, sebagai lembaga yang didirikan oleh tiga ormas besar yakni NU, Muhammadiyah, dan ICMI, ISMI berkewajiban melindungi siapapun yang bekerja dan berusaha secara halal.
“Jadi kalau warung Madura kurang tertib dalam berdagang, kurang memenuhi persyaratan, dibina. Jangan dibinasakan dengan sikap arogan pengusaha besar kepada pengusaha kecil,” tambahnya.
Sebelumnya, Asosasi Peritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah untuk memperketat penjualan produk-produk yang rentan terhadap api di warung Madura, seperti elpiji dan bensin eceran. Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menyebut warung Madura yang menjual elpiji tak ada yang memiliki Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
“Menjual bensin, elpiji itu kan ada aturannya dari supaya tidak membahayakan bagi penjual. Kalau mau menjual bensin harus ada pemadam kebakarannya dong karena kalau di pom bensin di samping dispensernya itu ada APAR. Nah, itu ada enggak di warung Madura?” ujarnya saat jumpa pers di Jakarta.
Roy bilang, pemerintah jangan hanya mendorong ritel modern saja untuk taat pada aturan, tapi juga warung tradisional. “Dengan begitu ada persaingan yang setara harus sama-sama fair. Pemerintah jangan diskriminatif,” kata Roy.