Menteri KKP Paparkan Program Ekonomi Biru dan 5 Komoditas Unggulan di UGM

-
Kamis, 07 Mar 2024 11:03 WIB

No Comments

Menteri KKP Paparkan Program Ekonomi Biru dan 5 Komoditas Unggulan di UGM

Jakarta, Vibrasi.co–Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono memaparkan program-program prioritas Ekonomi Biru yang sedang dijalankan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam kuliah umum “Ministerial Lecturer” di Ruang Balai Senat, Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu (6/3/224).
 
Program Ekonomi Biru sendiri merupakan langkah strategis dari KKP untuk menghadirkan data kelautan dan perikanan yang kredibel di masa depan. Di dalamnya termasuk data geospasial ekosistem karbon biru di kawasan konservasi, pesisir, dan pulau-pulau kecil.
 
Menurut Sakti Trenggono, penyediaan informasi geospasial merupakan hal penting untuk mendukung perluasan perluasan konservasi laut yang targetnya seluas 97,5 juta hektare di tahun 2045.
 
Tidak hanya itu, data geospasial ini nantinya juga berguna untuk mengukur potensi penyerapan karbon sebesar 188 juta tCO2eq/tahun, serta dapat mengidentifikasi populasi jenis ikan di setiap zona perikanan laut.
 
“Pemetaaan seluruh wilayah laut di Indonesia merupakan hal yang sangat penting. Dengan begitu kita dapat memonitoring dan melakukan tindakan cepat yang terjadi di laut dan ekosistem di dalamnya,” ujarnya. 
 
 

Lima komoditas ikan

Menyoal potensi ekonomi kelautan, Sakti Trenggono menyebutkan KKP mengembangkan lima komoditas budi daya perikanan laut untuk meningkatkan kesejahteraan 140 juta penduduk yang tinggal di wilayah pesisir.

Lima komoditas tersebut adalah udang, rumput laut, nila salin, kepiting, dan lobster.

“Pangsa pasarnya cukup besar sekitar  400 miliar dollar Amerika Serikat untuk satu tahun,” terangnya.

Ia menjelaskan, KKP telah melakukan upaya-upaya tersebut dengan menjalankan sejumlah program, di antaranya  pembangunan kampung nelayan modern.

Di dalam area kampung nelayan modern ini tersedia sejumlah fasilitas pendukung. Di antaranya pabrik es, balai pelatihan, gudang beku, bengkel nelayan, kios persediaan, jalan akses, dermaga, hingga pedestrian.

Untuk saat ini, kampung nelayan modern percontohan yang sudah di bangun pemerintah berada di Desa Samber, Kabupaten Biak Numfor, Papua.

Ia juga menjelaskan, saat ini indeks nilai tukar nelayan RI masih rendah, yakni berkisar di angka 104  seharusnya untuk bisa sejahtera harus di angka 130.

“Jika nilai tukar masih 104 maka para nelayan seumur hidupnya tidak akan pernah sejahtera,” pungkasnya.

Karenanya, KKP berupaya mewujudkan program-program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan indeks nilai tukar tersebut. 

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :