Momen Langka, Ayah dan Anak Lulus Bersamaan di UI

-
Rabu, 06 Mar 2024 12:48 WIB

No Comments

Ayah dan Anak Lulus Bersamaan di UI

Jakarta, Vibrasi.co–Sebuah momen langka terjadi dalam acara wisuda Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu (2/3/3034). Ari Wahyudi Hertanto, dan putri tercintanya Haura Fatima, diwisuda bersamaan di Fakultas Hukum UI.

Ari merupakan Staf Pengajar Bidang Studi Dasar-Dasar Ilmu Hukum FH UI, dan sukses meraih gelar doktor sedangkan putrinya berhasil meraih gelar Sarjana Hukum. 

“Momen wisuda bersama anak merupakan rezeki yang luar biasa. Kesempatan ini mungkin tidak akan berulang. Saya hanya bisa bersyukur, alhamdulillah, tanpa direncanakan, jalannya memang harus seperti ini. Akhirnya, bisa sama-sama menamatkan studi hingga selesai,” kata Ari bangga.

Wisuda bersama sang anak sama sekali tidak direncanakan. Seharusnya Ari wisuda lebih dulu, namun terpaksa memperpanjang masa studinya hingga dua semester karena beberapa anggota keluarganya berpulang pada rentang yang berdekatan.

Ia pun harus menunda risetnya beberapa waktu untuk fokus mengurus keluarganya. Meski begitu, kesabarannya kini berbuah manis. Ia bisa bersanding dengan sang putri pada momen kelulusannya.

Tak hanya itu, kebahagiaan bertambah saat nama Haura masuk sebagai lulusan berpredikat Cumlaude, dengan IPK 3,63.

Menurut Ari, kekompakannya dengan sang anak dalam menempuh pendidikan di UI sedikit banyak terpengaruh oleh keluarga yang berlatar belakang pelajar.

 

Dulu, kakeknya merupakan pelajar di Zaman Belanda, sementara ayahnya pengajar di UI. Jadi menurut Ari, keberadaanya di FH UI semacam melanjutkan ‘tradisi’ keluarga,

“Ayah saya, Wahyono Dharmabrata yang merupakan Guru Besar di FHUI.  Ayah saya 8 bersaudara, 7 di antaranya merupakan dosen, 6 di UI dan 1 di UGM. Jadi, darah kuning memang sudah mengalir di keluarga kami,” ujarnya sambil tertawa.

Meski begitu, Ari selalu menanamkan pada anaknya untuk tidak membawa nama keluarganya selama menempuh pendidikan di UI. Karena itulah, hingga masa kelulusannya, banyak yang tidak tahu bahwa keduanya memiliki relasi keluarga.

Ari merasa bangga karena pencapaian anaknya saat ini bukan atas campur tangannya sebagai orang tua, melainkan atas kerja keras sendiri.

“Saya tidak pernah memanjakan dia. Sebagai orang tua, preferensi saya adalah menjadi bad cop agar anak saya bisa menapaki kariernya. Dia harus bisa membuat jalannya sendiri,” ujar Ari.

Ketertarikan Haura pada ilmu hukum memang tidak terlepas dari figur ayah dan kakeknya. Sejak kecil, keduanya selalu menanamkan bahwa ilmu hukum penting untuk mengetahui hak dan integritas manusia.

Untuk itu, ia berjuang keras dan belajar sungguh-sungguh hingga mendapatkan gelar sarjana dari FHUI. Skripsi Haura sendiri membahas tentang permasalahan hukum yang sering dihadapi para buruh kapal.

 

Berbeda dengan sang anak, Ari justru tertarik untuk meneliti permasalahan yang tidak populer, namun bersifat hakiki. Ia mengulas topik disertasi mengenai lansia. Menurutnya, kehidupan orang-orang yang memasuki masa lansia tidak seindah kehidupan masa muda mereka.

Lansia kurang diapresiasi di Indonesia, terutama terkait produk perundang-undangan. Padahal, ini seharusnya menjadi perhatian karena setiap orang pasti akan menjadi tua. Oleh karena itu, negara perlu untuk memberikan perhatian yang lebih dan hati-hati dalam merumuskan Undang-Undang terkait lansia.

Setelah kelulusannya ini, Ari mendukung penuh langkah anaknya untuk mencapai cita-citanya. Ia juga berharap ke depannya dapat memfokuskan diri pada penelitian, kajian, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

“Dalam rangka peringatan 100 tahun FHUI, tahun ini saya akan meluncurkan empat buku yang terdiri atas disertasi saya serta buku lainnya yang mengulas tentang hukum perdata, ilmu negara, dan legal opinion,” tutup Ari.

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :