Mohamad Feriadi Sosok Di Balik Suksesnya JNE Express

-
Rabu, 31 Jan 2024 15:36 WIB

No Comments

Muhammad Feriadi JNE

Jakarta, Vibrasi.co–Dalam industri logistik atau jasa pengiriman barang, PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau dikenal dengan nama JNE Express, merupakan salah satu perusahaan logistik ternama dengan jaringan yang luas di Indonesia.

Gerai penjualan JNE di seluruh Indonesia mencapai lebih dari 8.000 titik, yang mencakup lebih dari 83.000 kota, termasuk kabupaten, desa, dan pulau terluar, dan mempekerjakan sekitar 50.000 orang baik karyawan tetap, kontrak, maupun karyawan lepas.

Membangun bisnis yang demikian besar tentu bukan sebuah langkah mudah. Tentu ada sosok di baliknya yang mampu membawa JNE terus berkembang manjadi salah satu perusahaan logistik ternama di Indonesia.

H. Soeprapto Soeparno maestro bisnis logistik di Tanah Air mendirikan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) pada 26 November 1990 untuk memenuhi kebutuhan pasar pengiriman luar negeri. Sebelumnya Soeprapto lebih dulu mendirikan CV Tiki pada tahun 1970.

Sehingga kala itu, Soeprapto memiliki dua perusahaan, CV Tiki fokus ke pengiriman domestik, sedangkan Tiki JNE yang bermain di lini bisnis pengiriman barang dan dokumen ke dalam dan luar negeri.

Seiring waktu, Tiki JNE terus berkembang sehingga berdiri sendiri dan turut bermain juga di pasar pengiriman domestik. Tiki JNE kemudian bertransformasi menjadi perusahaan dengan brand yang dikenal saat ini, JNE Express.

Adalah Mohamad Feriadi Soeprapto yang merupakan sosok di balik suksesnya JNE. Beliau adalah putra kedua dari Soeprapto.

 

Sebelum duduk sebagai pucuk pimpinan JNE, Feriadi mengawali karier di JNE sebagaimana karyawan lainnya. Sepulang studinya di Amerika, ia menjabat sebagai Bussiness Development Manager pada 1996. Sebuah jabatan di level menengah meskipun posisinya saat itu adalah anak dari pemilik perusahaan.

Feriadi mengungkapkan, ia mendapat beban pekerjaan dan tanggungjawab yang sama sebagaimana karyawan lain. Ia bercerita, seringkali bekerja secara multitasking demi mencapai target yang dibebankan kepadanya.

Beban kerjanya tidak main-main, sebagai Bussiness Development Manager Feriadi harus mampu mengembangkan jaringan JNE di kota-kota besar seperti Bandung, Semarang, dan Surabaya.

Maka tak heran ia pernah merasakan menjadi customer service, sales, bahkan mengepak dan mengangkut barang kiriman. Baginya itu tak lebih dari sekedar risiko pekerjaan, sehingga ia menjalaninya dengan sepenuh hati.

Feriadi juga tidak ragu terjun langsung ke agen-agen baru di pelosok Indonesia untuk mengembangkan bisnis JNE.

“Saat itu, kuncinya memang pengembangan jaringan. Sebab bisnis logistik tanpa memiliki jaringan luas bakal sulit berkembang,” tutur Feriadi kepada Vibrasi.co di kantornya, di Tomang, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.

Karenanya turun langsung ke lokasi potensial kantor cabang, tawar menawar harga sewa dengan pemilik tempat, hingga membeli barang-barang perlengkapan kantor, ia lakoni semuanya dengan sepenuh hati.

 

Feriadi juga mengungkapkan, ia kerap memberikan pelatihan langsung kepada calon agen tentang bagaimana mengoperasikan bisnis JNE.

Begitu banyak tantangan dan kendala yang ia hadapi ketika itu. Sebab membuka dan mengembangkan cabang bukan hanya soal ketersediaan modal. Tetapi juga ketersediaan infrastruktur yang memadai, apalagi bila masuk ke wilayah-wilayah yang sulit terjangkau.

“Tantangannya saat itu, infrastruktur yang belum berkembang. Padahal bisnis logistik sangat bergantung juga dengan kesediaan infrastuktur yang memadai.” ujar Feriadi.

Ditambah lagi, kondisi lalu lintas yang macet dan padat. Feriadi tidak menampik pada masa itu, dua kendala tersebut menjadi tantangan tersendiri.

Tapi Feriadi tak putus semangat. Perlahan tapi pasti, jaringan JNE pun berkembang. JNE mulai membuka banyak cabang di seluruh Indonesia.

Tidak kurang selama 20 tahun Feriadi jatuh bangun membangun jaringan JNE hingga sebesar sekarang. Akhirnya keberhasilan Feriadi berbuah manis.

Perusahaan mempercayakan Feriadi mengisi posisi Direktur Pemasaran, kemudian naik menjadi Presiden Direktur pada tahun 2015.

Menjaga nilai-nilai perusahaan warisan sang Ayah

Setelah memegang nakhoda JNE, perjalanan karir Feriadi memang sudah mencapai puncak. Namun langkahnya membawa JNE menjadi perusahaan yang maju dan berkembang, barulah dimulai.

Ia berusaha sekuat tenaga menjaga sistem nilai perusahaan yang diwariskan sang Ayah. Dan baginya, ini juga bukan persoalan mudah.

“Ayah saya selalu menekankan tentang bisnis yang tidak semata mencari untung. Bukan semata seberapa besar kita mendapat untung, tetapi juga seberapa besar kita memberi manfaat kepada masyarakat,” ujarnya.

Feriadi bercerita, selain menjalankan kewajiban shalat sebagai seorang muslim, Ayahnya juga berpesan untuk selalu dekat dan santuni anak yatim.

“Jangan pernah berhenti berbagi dan jangan pernah tinggalkan anak yatim, itu pesan ayah saya,” kenang Feriadi.

Feriadi menjaga betul sistem nilai dalam menjalankan perusahaan, sistem nilai tersebut adalah jujur, amanah, disiplin, tanggung jawab dan visioner.

“Saya selalu berusaha menanamkan nilai-nilai ini kepada seluruh karyawan,” tuturnya.

Di bawah kendalinya, JNE juga dikenal sebagai perusahaan yang kerap mengadakan bakti sosial secara rutin. Ia bercerita, mengenal banyak tokoh penting di Indonesia bukan karena hubungan bisnis. Tetapi karena keterlibatan JNE dalam aksi-aksi sosial.

 

JNE juga rutin memberangkatkan karyawannya umroh. Bukan hanya satu atau dua tahun, tetapi nyaris setiap tahun. Kegiatan ini sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid-19.

Pasca pandemi, JNE meneruskan tradisi ini. Pada tahun 2022 JNE memberangkatkan 140 karyawan dan tahun 2023 kemarin, memberangkatkan 345 karyawannya sekaligus ke Tanah Suci.

“Selain ingin berbagi, kami ingin setelah mereka kembali dari Tanah Suci mereka membawa nilai-nilai luhur sebagai orang yang beriman. Yang pada gilirannya memberikan dampak pada kinerja perusahaan, yakni bekerja dengan jujur, amanah, serta penuh tanggungjawab,” jelasnya.

Karyawan JNE yang memperoleh fasilitas umroh adalah yang telah bekerja selama 12 tahun.

“Insya Allah mereka yang sudah bekerja 12 tahun kami berangkatkan umroh, meskipun secara bergiliran,” katanya.

Perjalanan Feriadi memegang jabatan puncak di JNE juga tidak selalu mulus. Ia pun pernah mengalami masa getir ketika Indonesia mengalami pandemi Covid-19.

“Saat itu bisnis B to B (business to business) JNE turun drastis karena perusahaan-perusahaan banyak yang tutup atau mengurangi karyawan. Imbasnya pengiriman barang dari sektor B to B menurun tajam,” katanya.

 

Di saat bersamaan, sektor B to C (business to customer) juga masih stagnan karena pada awal pandemi masyarakat cenderung menahan diri untuk membeli atau mengirim barang.

“Tapi alhamdullilah, di periode berikutnya sektor B to C justru bergerak naik, karena orang mulai berani bertransaksi secara online meskipun saat itu masih pandemi,” tutur Feriadi.

Feriadi mengaku amat bersyukur kepada Tuhan karena selanjutnya sektor B to C menopang bisnis, hingga JNE dapat bertahan di tengah hantaman pandemi.

“Alhamdulilah kami tidak melakukan pengurangan karyawan ketika itu. Kami berprinsip pada saat itu, masyarakat sudah susah, jangan lagi kita buat tambah susah,” katanya.

Akhirnya di tengah badai PHK besar-besaran perusahaan lain, JNE justru mampu bertahan tidak memberhentikan karyawannya.

Saat ini, Feriadi mengaku masih terus belajar dan berusaha memegang teguh sistem nilai warisan sang ayah. 

Feriadi menyadari betul pentingnya menjaga nilai-nilai tersebut karena JNE merupakan perusahaan jasa pengiriman yang mengutamakan kepecayaan atau amanah.

“Jika hal ini tak dapat dijaga, maka bisnis ini tidak akan berjalan,” pungkasnya

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :