Teknologi Remediasi, Solusi Pencemaran Tanah Hasil Penelitian Profesor ITS

-
Kamis, 11 Jan 2024 17:42 WIB

No Comments

Teknologi Remediasi, Solusi Pencemaran Tanah Hasil Penelitian Profesor ITS

Surabaya, Vibrasi.co–Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan. Mengatasi hal tersebut, Guru Besar ke-195 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Bieby Voijant Tangahu ST MT PhD mengembangkan teknologi remediasi untuk memulihkan tanah tercemar akibat penambangan tersebut.

Prof Bieby Voijant Tangahu ST MT PhD ketika menyampaikan orasi ilmiahnya tentang teknologi remediasi untuk pemulihan tanah tercemar dalam pengukuhan sebagai Guru Besar ke-195 ITS.

Profesor dari Departemen Teknik Lingkungan ini menjelaskan bahwa penelitiannya berangkat dari pencemaran tanah akibat pertambangan minyak ilegal di daerah Wonocolo, Bojonegoro.

Akibat kegiatan penambangan tersebut, tanah di sekitar area pertambangan tercemar minyak mentah. Kemudian senyawa petroleum hidrokarbon, serta senyawa Benzena, Toluena, Etilbenzena, dan Xilena (BTEX).

Lebih jauh, perempuan asal Surabaya ini menuturkan bahwa senyawa-senyawa tersebut merupakan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat setempat. “Oleh sebab itu, perlu teknologi remediasi untuk mengembalikan kondisi lahan seperti semula,” tegasnya.

Kondisi tanah tercemar akibat aktivitas penambangan liar di Wonocolo, Bojonegoro yang mendapat julukan Little Texas

Dalam penelitian untuk orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor, Bieby memanfaatkan metode remediasi secara biologis yang dikombinasikan dengan metode fisik-kimia. Metode fisik-kimia memanfaatkan pengolahan soil washing yang berfungsi untuk memisahkan tanah dengan minyak mentah dan petroleum hidrokarbon. Sementara itu, metode biologis berfungsi untuk menurunkan konsentrasi bahan kimia yakni BTEX, nitrogen, kadmium, dan merkuri.

 

BACA JUGA : Profesor ITS Lakukan Inovasi Membuat Batubara Cair

 

Menurut Bieby metode soil washing efektif untuk mengurangi kandungan minyak dalam tanah dari 4 persen hingga kurang dari 1 persen. Lebih lanjut, metode remediasi biologis dengan bakteri Bacillus cereus, Nitrosomonas communis, dan Pseudomonas aeruginosa mampu menurunkan kadar bahan kimia hingga 70 persen.

 

Pemilihan metode biologis karena lahan di Indonesia telah mengandung bakteri yang mampu memulihkan pencemaran secara alami.

Profesor ITS itu mengungkapkan, dengan penelitian ini maka proses pemulihan pencemaran tanah dapat berjalan lebih cepat. 

“Selain itu, metode biologis cenderung lebih murah dan tidak menghasilkan limbah kimiawi,” tutur ibu tiga anak tersebut.

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :