- Edukasi
Minggu, 07 Jan 2024 05:26 WIB
Semarang, Vibrasi.co–Dalam momen yang menginspirasi, Dr. Ir. H. Nugroho Widiasmadi, MEng, seorang dosen inovatif dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, meraih Penghargaan Kalpataru 2023 dari Presiden RI lewat Menteri Lingkungan Hidup. Penghargaan ini bukan hanya prestasi pribadi, tetapi juga sebuah tonggak penting bagi dunia Pangan Berkelanjutan & Lingkungan Hidup.
Penghargaan Kalpataru dalam kategori pembina lingkungan mengukuhkan dedikasi dan penelitian jangka panjang Dr. Nugroho. Ini bukan hanya prestasi semata, tetapi juga cerminan dari upaya nyata untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan mengatasi tantangan ekonomi di Indonesia.
Inovasi Biosoildam mampu mengerem kecepatan yang memicu terjadinya kiamat lingkungan. Pemanasan Global yang dipicu oleh iritasi tanah akibat keracunan pupuk kimia yang sudah dimulai. Sejak revolusi hijau 1975. Biosoildam telah mampu menjawab masalah ini dengan bertotal organik dan hasil panen melimpah.
Dalam wawancara eksklusif, Dr. Nugroho membagikan pemikiran dan inspirasi di balik inovasinya. “Saya tergerak karena menyadari perubahan yang terjadi pada alam. Degradasi lingkungan begitu luar biasa, dan saya berusaha untuk menjaga serta mengembalikan kondisi lingkungan seperti dulu,” ujar Dr. Nugroho.
Dikatakan, Indonesia, sebagai negara agraria, masih mengimpor bahan makanan setiap tahun. Dia lalu melakukan riset untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan memperkuat ketahanan pangan negara.
Inspirasi dari Surat An-Naba dalam Alquran
Pentingnya menjaga alam dipandu oleh inspirasi dari ajaran agama. Dr. Nugroho membagikan inspirasinya dari surat An-Naba dalam Alqran, di mana ia menemukan petunjuk tentang parameter alam yang terkontrol dengan baik. “Saya percaya, jika ditunjukkan dalam Alquran, itu adalah petunjuk. Petunjuk tersebut saya konkritkan, karena di surat tersebut ada kata ‘alfafa,’” jelas Dr. Nugroho.
Berkat kesempatan belajarnya di India, Dr. Nugroho mulai budidaya alfafa di Indonesia sejak tahun 2007. Meskipun mengalami kegagalan awal, dedikasinya membuahkan hasil dengan turunan ke-12 tanaman alfafa.
“Alfafa sangat luar biasa karena mengandung mikroba rhizobium di akarnya. Rhizobium ini menjadi penggerak alam untuk menjadi lebih baik,” ungkap Dr. Nugroho. Dengan bantuan teman-teman di UGM, ia berhasil memperbanyak rhizobium, yang mampu mengurai makanan dengan cepat.
Rhizobium sebagai Solusi Pengurai Tanah
Dalam uji coba selama 3-5 tahun, Dr. Nugroho dan timnya berhasil mengajarkan petani untuk menggunakan rhizobium sebagai pengurai tanah.
“Kemampuan mikroba tersebut sempurna mengurai makanan. Biomassa yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pangan untuk tanaman, binatang, maupun manusia,” ungkap Dr. Nugroho.
Keberhasilan inovasinya tidak hanya mendapatkan perhatian lokal, tetapi juga menarik perhatian Bank Indonesia. Inovasi Dr. Nugroho membantu petani dalam hal mandiri pupuk, mandiri pangan, dan konservasi tanah. Sejak tahun 2012, Bank Indonesia telah menggunakan inovasi tersebut, membuat Dr. Nugroho layak meraih Penghargaan Kalpataru.
Implementasi Rhizobium di Kota Semarang
Dalam upaya menjadikan inovasinya berdampak nyata, Dr. Nugroho menerapkan penggunaan rhizobium di Kota Semarang melalui konsep urban farming sejak tahun 2012. “Selamat dan terima kasih atas dukungan untuk inovasi ini,” ucap Dr. Nugroho kepada masyarakat Semarang.
Penghargaan Dr. Ir. H. Nugroho Widiasmadi, MEng, bukan hanya kehormatan pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi semua kalangan untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan menciptakan inovasi yang membawa manfaat bagi masyarakat dan generasi mendatang.
Biosoildam MA-11
Teknologi Biosoildam MA-11, yang telah didaftarkan di Kementerian Hukum & Hak Asasi Manusia RI sebagai kekayaan intelektual HAKI, telah diterapkan hampir di semua daerah di Indonesia dengan berbagai jenis karakter tanah. Teknologi ini didasarkan pada sistem Pertanian Terintegrasi Total Organik, berpotensi memberikan manfaat luar biasa, antara lain:
Menekan biaya operasional hingga 70%
Meningkatkan hasil panen hingga 200% (dua kali lipat)
Mewujudkan pertanian berkelanjutan
Menghadapi perubahan iklim global
Menghasilkan efek ekonomi multipel
Untuk mengimplementasikan teknologi Biosoildam MA-11, masyarakat dan petani dilatih dengan 5 Standar & Asesmen kerja sebagai SOP lapangan:
– Standar kualitas biomassa limbah ternak minimum 2000 uS/cm sebagai bahan pupuk, dan limbah jerami minimum 500 uS/cm sebagai bahan pakan.
– Standar hasil proses penguraian menjadi pupuk dan pakan harus meningkat minimal 2 kali lipat, untuk pupuk organik (Superbokasi) menjadi minimum 4000 uS/cm, dan untuk pakan (Superfeed) menjadi minimum 2000 uS/cm.
– Standar kesehatan tanah dicapai dengan melakukan treatment tanah, yaitu dengan menyemprot mikroba ke dalam topsoil saat olah tanah sampai kedalaman 40 cm, menghasilkan minimal
Songsong Masa Depan
Indonesia, negara kepulauan megadiverse, bersiap memasuki babak baru dalam perjalanan demokrasinya dengan Pemilihan Umum 2024. Dalam sorotan, tiga tokoh besar, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto, muncul sebagai kandidat kuat untuk memimpin negeri ini.
Namun, dalam menghadapi kompleksitas tantangan zaman, para aktivis lingkungan memberikan kriteria khusus bagi calon pemimpin. Tata Mustasya, Senior Campaign Strategist Greenpeace International, menyoroti tiga pekerjaan rumah mendesak.
Pertama, pemimpin berikutnya harus mengoreksi komitmen iklim yang dinilai lemah, dengan langkah konkret seperti penerapan pajak karbon untuk PLTU batu bara.
Kedua, fase-out PLTU batu bara dan percepatan penggunaan energi baru dan terbarukan menjadi langkah krusial, dengan pendanaan dari pajak tinggi untuk pencemar.
Ketiga, pemimpin harus melepaskan diri dari pengaruh oligarki batu bara, menjadikan integritas sebagai kunci utama dalam kebijakan sektor energi, lingkungan, dan iklim.
Tata Mustasya menilai Anies Baswedan memiliki visi yang jelas, namun menantangnya untuk membuktikan sebagai ‘Man of Action’. Apakah dia mampu melepaskan diri dari kepentingan ekonomi-politik batu bara, menjadi pertanyaan besar dalam perjalanan Indonesia menghadapi krisis iklim.
Dalam menyongsong pemilu, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak nyata demi keberlanjutan dan masa depan bangsa
Posted in Edukasi