Arti MD di Nama Belakang Muhammad Mahfud, Apa Artinya?

Jakarta, Vibrasi.co–Menkopolhukam Muhammad Mahfud MD resmi ditunjuk menjadi cawapres untuk maju bersama Capres Ganjar Pranowo dalam pilpres 2024. Penunjukan Mahfud, dilakukan hari ini Rabu (18/10/2023) atau sehari sebelum pendaftaran capres-cawapres KPU dibuka mulai besok.

Nama Mahfud MD bukan sosok baru dalam dunia birokrasi serta perpolitikan di Tanah Air. Semasa era Presiden Gus Du, Mahfud pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan, kemudian menjadi Menteri Kehakiman menjelang lengsernya Gus Dur tahun 2001.

Ia kemudian terpilih menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013. Selama MK dipimpin olehnya, publik menilai MK menjadi lembaga yang dihormati dan disegani lantaran mengeluarkan keputusan-keputusan yang dianggap adil dan mengedepankan kemaslahatan bangsa.

Jika disinggung soal prestasi, banyak orang mahfum dengan jabatan dan tugasnya bergengsi, namun menyoal nama MD di belakang namanya, tidak banyak yang tahu. 

Munculnya inisial MD di belakang nama Muhammad Mahfud, bermula ketika Mahfud lulus dari Pondok Pesantren Sumber Lagah, Pamekasan, yang diasuh Kiai Mardhiyyan. Kini pondok itu bernama Pondok Pesantren al-Mardhiyyah.

Lulus dari al-Mardhiyyah dengan nilai bagus, orang tuanya memasukkan dia Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan.

Pada waktu itu, ternyata ada tiga murid yang namanya sama dengannya. Untuk membedakan, akhirnya Mahfud menambahkan inisial MD di belakang namanya.

“Dulu nama saya Muhammad Mahfud saja, tapi karena di satu kelas SMTP ada 3 orang bernama Mahfud, maka masing-masing disambung dengan nama orang tuanya. Singkatan nama orang tua saya MD, jadilah Mahfud MD. Ternyata banyak ya yang pakai nama kita,” ujar Mahfud dalam sebuah kesempatan wawancara dengan media.

Jadi arti MD, kata Mahfud, dapat diartikan menjadi Mahfud Mohamad, atau Mafhud anaknya Mohamad (nama ayahnya).

Setelah menamatkan PGA selama empat tahun pada 1974, Mahfud terpilih untuk melanjutkan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama di Yogyakarta.

Sekolah ini sekarang berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Mantan Menteri Koperasi Zarkasih Noer, mantan Menteri Sekretaris Negara Djohan Effendi, tokoh Majelis Ulama Indonesia Amidhan, dan Muhaimin Iskandar merupakan sebagian alumninya. 

Pada 1978, Mahfud tamat dari PHIN. Ia lalu meneruskan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII). Pada saat yang sama ia juga kuliah Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Di Fakultas Hukum, Mahfud mengambil jurusan Hukum Tata Negara.

Mahfud termasuk mahasiswa yang kreatif, ia rajin menulis artikel di koran seperti Kedaulatan Rakyat sehingga memperoleh honor untuk membiayai kuliah dan menyambung hidup sebagai mahasiswa. Saat ia kuliah, ayah Mahfud sudah pensiun sehingga ia tidak bisa mengandalkan biaya dari orangtuanya. 

Mahfud kemudian mendapat beasiswa penuh dari UII untuk melanjutkan program pasca sarjana di UGM. Ketika itu, ia mengambil studi ilmu politik. Ia kembali mendapat beasiswa dari Yayasan Supersemar dan dari Tim Manajemen Program Doktor (TMPD) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan ke jenjang S3.

Ia melanjutkan pendidikan doktor bidang Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM hingga lulus pada 1993. Pada waktu itu Mahfud sudah mengajar di Fakultas Hukum UII, sehingga ia menjadi dosen UII pertama yang meraih gelar doktor di usia yang baru menginjak 36 tahun.

Prestasi akademiknya terus terukir, Ia dikukuhkan sebagai guru besar atau profesor setelah 12 tahun mengabdi sebagai dosen UII.  Dengan usia 41 tahun, ia tergolong sebagai guru besar termuda pada masanya bersama Yusril Ihza Mahendra.

Tak heran, pada masa itu ia dipercaya mengajar di 20 perguruan tinggi, termasuk penguji eksternal disertasi doktor untuk hukum tata negara di University  of Malaya, Kuala Lumpur.