- Internasional
Sabtu, 14 Okt 2023 10:54 WIB
Jakarta, Vibrasi.co–Serangan terus menerus yang dilancarkan Israel ke wilayah Gaza yang mereka sebut sebagai ‘serangan balasan’, telah membunuh ribuah warga Gaza. Kali ini serangan bom mereka bahkan melenyapkan 20 keluarga sekaligus.
Kisah memilukan ini dilansir oleh Al Jazeera, dimana 20 puluh keluarga yang bertetangga dan saling mengenal satu sama lain, telah terhapus dari catatan penduduk Gaza karena tewas dihantam bom Israel.
Dilaporkan, masih ada satu orang generasi yang masih hidup dari 20 komunitas keluarga tersebut, namun satu orang tersisa itu akhirnya tewas.
Sehingga total 20 keluarga yang tinggal berdekatan dan terdiri dari anak-anak serta orangtua, semuanya tewas. Lingkungan mereka rata dengan tanah dengan asap hitam mengepul.
Selama tujuh hari berturut-turut, Jalur Gaza diguncang oleh serangan udara Israel yang tak henti-hentinya.
Pada hari Kamis, Israel mengatakan telah menjatuhkan 6.000 bom di Gaza, atau rata-rata 1.000 bom per hari.
Jumlah korban tewas di Gaza kini telah meningkat menjadi setidaknya 1.799 warga Palestina, 60 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sebanyak 6.388 orang lainnya mengalami luka-luka.
Tentara Israel mengklaim mereka melakukan pengeboman sebagai tanggapan atas serangan mendadak terhadap Israel oleh sayap bersenjata Hamas pada hari Sabtu lalu, yang menewaskan 1.300 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang.
Israel menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk menghabisi Hamas dan menghancurkan infrastrukturnya, namun warga sipil yang terjebak di Jalur Gaza yang padat penduduklah yang menanggung beban pemboman Israel.
‘
Di kamp pengungsian Jabaliya, 31 anggota keluarga Shihab terbunuh dalam sebuah serangan. Keluarga-keluarga lain datang ke gedung mereka untuk bersembunyi, karena mengira tempat itu aman.
Sebanyak 45 orang tewas dalam serangan di Jabaliya. Korban termuda adalah seorang bayi berusia dua bulan.
Di Deir al-Balah, sedikitnya 15 anggota keluarga Azaize terbunuh – beberapa korban tewas tidak dapat ditemukan dalam keadaan utuh.
Di Kota Gaza, Hassan al-Batniji kehilangan seluruh keluarganya dalam satu serangan.
Rumah Asmahan al-Barbari di Kota Gaza dibom setelah ia dan keluarganya kembali ke rumah, mengira mereka sudah aman.
Al-Barbari mengatakan bahwa semua orang bergegas keluar dari rumah ketika mereka menerima SMS peringatan dari militer Israel bahwa mereka akan mengebom rumahnya.
“Kami mengambil tas darurat kami yang selalu siap di dekat pintu, dan berlari,” katanya. “Setelah kami menjauh selama beberapa saat, kami kembali, mengira bahwa bahaya telah berakhir.”
Rumah Al-Batnaji dibom pada tengah malam ketika keluarganya sedang tidur. “Kami [menemukan] diri kami terkubur di bawah reruntuhan dalam kegelapan,” katanya.
“Saya meneriakkan nama-nama mereka untuk mengetahui apakah mereka masih bernapas.
“Saya melihat kematian hari ini. Itu tidak merenggut nyawa saya. (Itu merenggut) nyawa keluarga saya. Saya berharap saya juga terbunuh. … Saya akan meratapi mereka selama sisa hidup saya.” katanya sambil menangis.
Tetangganya, Mahmoud al-Shanti, mengatakan kepada Al Jazeera: “Ada sekitar 30 orang di rumah kami – wanita tua, anak-anak – karena begitu banyak keluarga yang melarikan diri dari daerah mereka yang rusak untuk menghindari serangan kekerasan.”
Al-Shanti, al-Batnaji dan al-Barbari berada di Rumah Sakit Al-Shifa untuk menjalani perawatan dan berharap bisa selamat.
Al-Shifa telah muncul sebagai tempat yang menenangkan bagi banyak penduduk Kota Gaza, yang pergi ke sana untuk mencari berita, koneksi internet, atau beberapa menit atau listrik.
Namun, tempat ini sedang berjuang untuk melayani semua orang, karena Israel telah meningkatkan blokade 16 tahun terhadap Gaza dan menolak untuk membiarkan barang-barang kebutuhan masuk, termasuk makanan, air, listrik, dan obat-obatan.
“Pengepungan total” berarti ada kekurangan pasokan medis yang paling mendasar dan penting.
Posted in Internasional