Hassan Wirajuda Beri Kuliah Umum Tentang Pergeseran Geopolitik Dunia Ke Asia Timur

-
Jumat, 13 Okt 2023 17:33 WIB

No Comments

hasanwirajuda

Depok, Vibrasi.co–Setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, dunia memasuki era sistem unipolar, yaitu saat Amerika Serikat menjadi negara adidaya tunggal. Namun, tren dunia terkini menunjukkan suatu perubahan di mana beberapa pusat kekuasaan baru telah muncul di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Melihat adanya pergeseran ini, Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kuliah umum yang diberi tema “Pergeseran Geopolitik Dunia ke Asia Timur dan Politik Luar Negeri Indonesia”. Pada kesempatan tersebut yang menjadi pembicara adalah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Periode 2001-2009) Dr. Noer Hassan Wirajuda.

“Abad ke-20 merupakan abad Trans-Atlantik. Pergeseran geopolitik menjadikan Asia Timur, Asia Pasifik, dan Indo-Pasifik menjadi kawasan perspektif ekonomi. Kawasan Asia Timur kini menjadi pusat dunia, bukan pinggiran lagi,” demikian pendapat Dr. Noer Hassan yang disampaikan kepada mahasiswa di Auditorium Komunikasi FISIP UI.

Lebih lanjut Dr. Noer Hassan Wirajuda menyampaikan, dalam sudut pandang geopolitik, transisi ini dipimpin oleh negara-negara Asia, seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, dan negara-negara ASEAN. Bagi banyak negara di Asia, khususnya Tiongkok, dua dekade terakhir merupakan periode evolusi dan kebangkitan.

Salah satu yang memicu kebangkitan negara-negara di Asia adalah keberhasilan 40 tahun reformasi dan keterbukaan yang dimulai oleh Deng Xiaoping pada tahun 1979 dan juga kemajuan ekonomi Jepang dan Korea sejak 1970-an.

“Namun, akibat kebangkitan ekonomi pada tahun 2000-an China mengambil alih Jepang sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, dengan kekuatan ekonomi itulah, China juga memodernisasi militernya,” ujar Dr. Noer Hassan.

Selanjutnya, timbul ketegangan antara Amerika Serikat sebagai hegemon lama dengan Tiongkok yang mencoba menentang dominasi tersebut secara agresif.

Hal ini merupakan titik panas yang menjadi ajang ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok berada di Laut Tiongkok Timur (kawasan negara-negara Asia Timur) dan Laut Tiongkok Selatan (kawasan negara-negara Asia Tenggara).

Dr. Noer Hasan mengatakan, ketegangan ini pada akhirnya turut menyeret negara-negara lain yang ada di sekitar kawasan tersebut, termasuk Indonesia.

Posisi Indonesia ke depan, tidak dapat dilepaskan dari sejumlah implikasi strategis yang muncul sebagai akibat dari kompleksitas hubungan internasional di kawasan Asia Timur dan perkembangan geopolitik Tiongkok yang semakin besar di kawasan Asia Tenggara.

Menurutnya, negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN dapat mengurangi tekanan dari China jika saling berkolaborasi dan bersatu.

Kuliah umum yang dilaksanakan pada Jumat (6/10) ini turut dihadiri oleh Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional Asra Virgianita, Ph.D., Sekretaris Departemen Ilmu Hubungan Internasional Ardhitya Eduard Yeremia Lalisang, Ph.D., para dosen, dan mahasiswa Departemen Ilmu Hubungan Internasional.

Share :

Posted in

Berita Terkait

Rekomendasi untuk Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

iklanIKN

Berita Terbaru

Rekomendasi Untuk Anda

Berita Terpopuler

Share :